Rabu, 16 Desember 2015

Salat dan Meditasi


Tulisan ini sama sekali tidak membandingkan antara Salat dan meditasi. Bagi saya kedua ritual spiritual ini memiliki esensi yang sama.
Sebagai seorang muslim, sejak kecil saya sudah didoktrin dan dituntut untuk mendirikan Shalat 5 waktu dan tidak meninggalkannya dengan alasan apapun. Pada usia anak-anak saya melaksanakan ibadah shalat karena pada saat itu saya melihat orang dewasa melakukannya, pada saat memasuki usia remaja, saya melaksanakan shalat berdasarkan dogma dogma yang diajarkan bahwa 1. Sholat merupakan ibadah yang dilakukan sebagai wujud kepatuhan hamba kepada Tuhannya, 2. shalat dapat mencegah dari perbuatan kenji dan mungkar, 3. Umat yang telah akil baligh jika meninggalkan perintah shalat maka dia akan berdosa, dan 4. Shalat merupakan ibadah yang pertama kali dihisap pada saat kita menghadap sang Khalik.
Pada saat melaksanakan ibadah shalat, sering kali saya melakukannya secara definisi shalat yaitu semua ucapan dan perbuatan yang diawali dengan Takbir dan diakhiri dengan salam. Kadang melaksanakan sholat secara definisi membuat hati dan jiwa saya merasa kosong, setiap melaksanakan sholat saya serasa melakukan ritual yang tanpa makna dan itu sangat membenani pikiran saya. Kadang saya merasa frustasi juga karena merasa bersalah telah mengabaikan ibadah yang sangat penting dalam ajaran umat islam.
Sumber Gambar : Google


Karena merasa tidak mendapatkan apa yang saya inginkan, saya mengambil keputusan ekstrim untuk meninggalkan ritual shalat 5 waktu. Keputusan ini membuat pikiran saya bertarung untuk memilih pengaruh yang lebih dominan. Dan pertarungan ini dimenangkan oleh meninggalkan sholat 5 waktu. Butuh beberapa hari untuk menerima keputusan ini, mungkin karena ibadah shalat sudah menjadi rutinitas saya sejak kecil sampai tumbuh menjadi manusia dewasa (mungkin) sehingga sulit meninggalkannya. Saya mengambil keputusan ini bukan karena tidak berusaha mencari tahu bagaimana melaksanakan ibadah shalat dengan benar, saya banyak membaca artikel yang berkaitan bagaimana cara shalat yang benar, bagaimana agar shalat kita khusyu dan lain-lain. Tapi tetap saja pada saat saya mencoba mengaplikasikannya feeling saya masih stagnate (tidak mendapatkan kemajuan) dan itu memuat saya mulai memprotes Tuhan.
Selama menjalani hari-hari tanpa ibadah shalat, kebiasaan saya sedikit mengalami perubahan, perubahan itu dimulai dari jenis bacaan yang saya baca, saya mulai membaca buku-buku agama selain islam. Pada saat membaca saya mencoba menanggalkan segala kompartemen-kompartemen keislaman saya dengan tujuan agar pikiran saya tidak terkontaminasi dan tetap objektif dalam menilai dan memahami ajaran agama selain islam. Hasilnya adalah dimensi berpikir saya tidak lagi melihat persoalan dari sudut pandang 1 dimensi, tidak lagi berpikir untuk memperebutkan legitimasi kebenaran transcendental Tuhan, tidak lagi bersikap ekslusivitas dan agama tidak lagi membajak pemikiran saya dengan dogma – dogma yang menyesatkan.

Dalam masa-masa mogok salat, di suatu siang yang cerah, dengan sengaja saya menonton acara program TV yang memberikan informasi yang berkaitan dengan meditasi. Karena terlambat mengikuti acara tersebut saya kehilangan info penting tentang apa itu meditasi, karena ingin tahu lebih, saya menindak lanjuti ke dimensi maya dan bertanya pada mesin pencari google. Menurut Wikipedia, meditasi merupakan praktik relaksasi yang melibatkan pelepasan pikiran dari semua hal yang menarik, membebani, maupun mencemaskan dalam hidup kita sehari-hari, dengan kata lain, meditasi melepaskan kita dari penderitaan pemikiran baik dan buruk. Tujuan meditasi, jalan untuk berkomunikasi dengan sang Khalik, memberikan ketenangan hati, jalan untuk introspeksi diri, masuk pada kesadaran jiwa, sebagai jalan untuk mengubah hidup.

Setelah membaca beberapa tulisan tentang meditasi, tiba-tiba memori saya dengan sengaja menggiring saya ke kotak memori tentang Sidharta Gauthama dan Nabi Muhammad, saw (bukankah Sidharta Gauthama tercerahkan setelah melakukan meditasi dan Nabi Muhammad menerima wahyu pertamanya di gua Hira dengan melakukan meditasi). Sepertinya otak saya mulai mengajak untuk berdiskusi dan kembali membuka memori tentang ibadah salat yang telah lama saya tinggalkan (ternyata jiwa ini rindu juga dengan ibadah salat).
Meditasi merupakan jalan untuk berkomunikasi dengan Tuhan, apakah hanya dengan jalan bermeditasi dan salat kita dapar berkomunikasi dengan Tuhan, saya pikir tidak, kita bisa berkomuniasi dengan Tuhan dimanapun kita berada dan dengan berbagai cara, tidak cuman dengan cara meditasi dan salat, iya betul, tapi Arni kadang jika kita ingin berkomunikasi dengan Tuhan dibutuhkan cara dan persiapan agar komunikasi antar manusia dan Tuhan bisa berhasil. Caranya bisa menggunakan media meditasi atau salat, sedangkan persiapannya adalah tempat tenang dan nyaman, dirimu akan susah khusyu atau fokus jika tempat kamu salat atau meditasi ribut dan tidak nyaman, dan persiapan lainnya adalah pikiran, dirimu harus yakin dan percaya terhadap apa yang kamu lakukan, kerena jika dirimu tidak yakin semua yang kamu lakukan akan sia-sia.

Sumber Gambar : Google
 Diskusi ini membuka memori saya tentang kekejadian beberapa tahun yang lalu dimana pada saat saya melaksanakan salat tapi tidak mendapatkan manfaat, ternyata kesalahan terletak pada keyakinan saya, salat yang saya lakukan tidak saya yakini sebagai media komunikasi yang baik antara manusia dan Tuhannya. Sehingga setiap kali melaksanakan salat saya tidak merasa dekat dengan Tuhan dan setelah melaksanakan salat hati saya tetap kosong, tidak tenang dan tidak mengubah hidup saya.

Meditasi merupakan jalan untuk introspeksi diri, pada saat melakukan ibadah salat boro-boro introspeksi diri yang ada hanya sikap sombong saya lebih dominan dibanding sikap rendah hati, bahkan sering kali saya yang lebih mendominasi ketimbang Tuhan, menginterpensi Tuhan agar mengabulkan doa-doaku. Dengan sikap seperti itu bukan sadar diri yang terjadi yang terjadi adalah tidak sadar diri. 
Bagaimana caranya meningkatkan kesadaran diri?, Arni, yang bekerja pada waktu salat dan meditasi adalah pikiran, memikirkan dan merenungkan, apa yang disebut pikiran, memikirkan dan merenungkan dalam salat?, pikiran dalam salat bisa sifat personal dan general. Dalam bentuk personal, artinya berpikir merancang gagasan untuk diri kita dulu sendiri sesuai dengan tujuan, rencana dan keinginan kita, biasanya ini dalam bentuk doa lisan. Dalam bentuk general, artinya kita berpikir tentang baik dan buruk yang terjadi dalam kehidupan kita sesama makluk ciptaan Tuhan.


Sumber Gambar : Kompas
Memikirkan dalam salat bisa bermakna mencari solusi terhadap apa yang sedang terjadi dalam kehidupan kita dan sikap kepedulian kita terhadap orang lain, masyarakat dan segala isi alam semesta. Memikirkan seperti pandangan teori pendekatan emosi positif (Meaningful Life). Teori ini menengkankan bahwa kehidupan yang lebih bermakna bukan hanya bagi diri sendiri namun juga bagi orang lain, komunitas, masyarakat, alam semesta dan segenap isinya.
Renungan dalam salat atau meditasi merupakan tahap menganalisis, menarik kesimpulan, dan mengambil langkah-langkah lebih lanjut untuk menyikapi, menentukan tindakan atau penyelesaian masalah pribadi atau yang lebih luas yaitu masyarakat , hidup, dan perilaku. Renungan yang sudah ketahap tindakan adalah doa yang akan kita peroleh di masa depan.
Tujuan akhir yang ingin dicapai dari meditasi dan salat adalah jalan untuk mengubah hidup lebih positif, bergairah, optimis, bermakna, bersahabat, tenang, cinta damai, bahagia, dan peduli.
Butuh beberapa tahun untuk bisa memahami tentang manfaat yang kita peroleh dari salat, saya tidak pernah menyesal dengan proses menumukan makna salat dalam hidup saya, meskipun jalannya berliku. Memang agak susah kita menyukai sesuatu jika kita belum menemukan dan merasa menfaat yang diberikan. Sekarang walaupun belum bisa 100 persen mengamalkan apa yang saya pahami, setidaknya saya sudah menemukan separuh jiwaku dari ritual salat atau meditasi. Orang bijak mengatakan setiap tahap dalam hidup memiliki tujuannya masing-masing dan jika sudah waktunya pasti akan tercerahkan.

Sumber Gambar : Google

PS : Iman adalah sesuatu yang kita harus cari sendiri, kitalah yang memutuskan untuk percaya atau tidak.
Share:

1 komentar:

  1. keren artikelnya mbak..kebetulan saya lagi mencari artikel meditasi mnurut pandangan Islam.

    BalasHapus

Lion

Jam

Alexa Rank

Blogger templates